Jumat, 20 Januari 2012

Rakun - Hewan Khas Amerika Utara

Rakun adalah hewan khas Amerika Utara. Hewan ini termasuk ke dalam jenis mamalia. Hewan ini sering dikenal dengan sebutan coon (dibaca kun). Ukuran hewan ini tidaklah terlalu besar maupun kecil, lebih tepatnya biasa saja. Rakun termasuk hewan yang pintar dan cerdik. Menurut beberapa penelitian, rakun memiliki kepandaian dalam mengingat suatu hal sampai tiga tahun lamanya.

Tempat tinggal utama rakun terletak di beberapa daerah hutan yang berada di Amerika Utara. Rakun dapat ditemukan pada hutan gugur maupun hutan campuran atau heterogen. Namun, rakun juga dapat ditemukan di daerah pegunungan, pesisir pantai, dan pesisir kota. Di pesisir kota, rakun ditemukan pada beberapa rumah.

Menginjak pertengahan abad ke-20, persebaran rakun tidak hanya ditemukan di kawasan Amerika Utara. Adanya migrasi hewan yang menempati daerah baru membuat tempat tinggal rakun tersebar. Sekarang ini, rakun juga dapat ditemukan di Eropa dan Jepang. Hal ini membuat rakun menjadi hewan khas Amerika Utara dan negara lain di dunia.

Pada awalnya, rakun terkenal sebagai hewan individu atau hewan penyendiri. Namun, ada beberapa penemuan yang muncul dewasa ini, yaitu rakun sebagai hewan berkelompok sesuai dengan jenis kelaminnya. Rakun betina biasanya berbagi wilayah dengan sesama jenisnya. Sementara rakun jantan, hidup berkelompok.

Rakun betina membuat jarak dengan rakun jantan sampai masa kawin datang. Tidak hanya itu, mereka berkelompok untuk melindungi diri dari gangguan hewan lain. Rakun betina biasanya melahirkan 2-5 anak. Anak rakun dikenal dengan sebutan kit atau kits. Musim kawin rakun biasanya terjadi pada musim semi. Anak rakun biasanya diasuh oleh induknya sampai musim gugur.

Rakun dapat hidup sampai dua puluh tahun. Namun, pada kenyataannya, rakun seringkali bertahan hanya sampai umur satu hingga tiga tahun. Hal ini diakibatkan adanya perburuan liar terhadap rakun dan kecelakaan mobil yang menabrak rakun.

Rakun memiliki ciri sebagai berikut.

Panjang tubuh dari rakun sekitar 40-70 cm dengan berat tubuh sekitar 3,5-9 kg.Rakun adalah hewan nokturnal. Ini berarti rakun merupakan hewan yang mencari penghidupan pada malam hari.Rakun adalah hewan omnivora, pemakan segala. Rakun biasanya memakan berbagai macam jenis hewan invertebrata maupun vertebrata serta tumbuhan.Rakun memiliki bulu tebal berwarna keabu-abuan. Tebalnya bulu rakun berfungsi melindungi tubuhnya saat musim dingin datang. Ketebalan bulu rakun disertai dengan adanya helaian rambut panjang sekitar 2-3 cm.Dua ciri yang paling menonjol dimiliki oleh rakun adalah adanya cakar depan yang tangkas menangkap mangsa dan mukanya mirip topeng yang digunakan untuk mengelabui musuhnya.Daerah muka yang menonjol dari seekor rakun adalah adanya area bulu berwarna hitam sekitar mata yang kontras dengan warna putih mukanya. Selain itu, daerah sekitar telinga dari berwarna putih. Dengan adanya muka seperti ini, rakun terkenal dengan sebutan hewan topeng. Fungsi area hitam di sekitar muka rakun digunakan untuk menyerap silaunya cahaya pada malam hari.Rakun memiliki kemampuan untuk berdiri tegak. Dengan kemampuan ini, rakun dapat mengawasi mangsanya maupun musuhnya dengan tangkas.Rakun tidak dapat lari dengan cepat ataupun loncat jarak jauh. Kecepatan mereka berlari hanya sampai 16-24 km/jam. Hal ini karena rakun memiliki kaki pendek.Rakun dapat berenang dengan kecepatan 5 km/jam dan mampu tinggal di dalam air selama beberapa jam.Pada tubuh rakun, terdapat sistem pengatur panas sehingga dalam keadaan cuaca panas, rakun mampu mengeluarkan keringat untuk mengatur temperatur tubuhnya.Keunikan lain yang dimiliki oleh rakun adalah saat turun dari pohon. Rakun turun dengan posisi terbalik, kepala menghadap ke bawah.Rakun terlahir sebagai hewan buta warna. Mereka hanya dapat melihat warna hijau muda secara jelas. Dalam mengenali objeknya, rakun menggunakan sentuhan dan indera penciuman yang cukup tajam.

Setiap makhluk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk juga rakun. Rakun adalah hewan yang tergolong hebat yang juga memiliki kelemahan. Berikut kelebihan dan kekurangan rakun. 

Pertama, penglihatan seekor rakun bisa dibilang tidak terlalu baik dan buta warna seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun, saat sedang berburu mangsa, rakun ternyata mampu menangkap mangsa dalam jarak yang jauh. Rakun mengandalkan pendengarannya dalam mencari mangsa, bukan matanya. Kedua, rakun adalah hewan yang malas berenang. Namun, saat dalam keadaan terdesak, rakun mampu menjadi perenang hebat karena dapat berenang di sungai yang deras. Ketiga, rakun mampu mencari makan yang jaraknya bermil-mil dari sarangnya jika makanan di sekitarnya sudah habis. Keempat, rakun adalah hewan pembuat sarang yang luar biasa dan cekatan. 

Rakun dapat menjadi fauna yang langka. Hal ini karena rakun sering diburu dan dikonsumsi oleh manusia. Manusia memburu rakun agar dapat digunakan kulitnya maupun sebagai makanan. Tidak hanya itu, rakun digunakan sebagai hewan peliharaan.

Dalam upaya mencegah hal tersebut, pemerintahan Amerika maupun Jerman melarang penduduknya untuk memburu rakun dan jika dilanggar mendapat sanksi yang cukup berat. Selain itu, mereka membuat sebuah kawasan khusus untuk melindungi rakun dari kepunahan.

Jika dilihat sekilas, rakun memang mirip seperti rubah. Namun, hewan yang menggmaskan ini bukanlah sejenis rubah, tetapi memang bernama rakun. Meskipun rakun bukan hewan asli Indonesia, Anda dapat melihatnya di Kebun Binatang Ragunan. Sejak 5 November 2009, rakun sudah dapat dilihat di Ragunan oleh para pengunjung. 

Rakun di Ragunan ini didatangkan dari Kanada dan masih baru. Rakun ini wajahnya seperti rubah, tetapi fisiknya seperti musang dan tangannya mirip beruang. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang staf pengelola Kebun Binatang Ragunan. 

Pada awal kedatangan rakun ke Kebun Binatang Ragunan, para pengunjung tidak dapat langsung melihat satwa yang unik ini karena masih dikarantina dan belum bisa menyapa para pengunjung dengan leluasa. Rakun-rakun ini sepertinya memerlukan sedikit waktu lagi untuk beradaptasi di Insonesia, khususnya di Kebun Binatang Ragunan. Hewan ini diperkirakan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia minimal selama tiga bulan. Namun demikian, secara fisik, rakun-rakun ini dalam keadaan sehat. 

Rakun sudah terbiasa berada dalam tempat yang memiliki empat musim, termasuk di negara asalnya. Tidak demikian di Indonesia. Walaupun berbeda cuaca, rakun-rakun tersebut terlihat lincah dan tidak bisa diam. Dilihat dari fisiknya, rakun-rakun ini sudah dapat beradaptasi dan sebulan ke depan para pengunjung di Ragunan sudah bisa menyaksikan tingkah polah rakun ini. 

Rakun sangat suka makan kacang-kacangan, buah, dan daging sehingga tergolong hewan jenis omnivora (hewan pemakan segala jenis makanan). Rakun yang ada di Kebun Binatang Ragunan ini adalah sumbangan dari sebuah kebun binatang yang ada di Kanada. Kebun Binatang Ragunan memang memiliki hubungan yang cukup baik dengan kebun binatang di Kanada. 

Kandang yang digunakan oleh sepasang rakun ini adalah kandang pilihan. Di Ragunan, para pengunjung dapat menyaksikan sepasang rakun ini, tetapi tidak boleh memberi makanan. Hal ini bertujuan untuk menjaga rakun agar tidak memakan makanan yang salah atau tidak sesuai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar